“Membuka Jendela Dunia
Demi Terwujudnya Pribadi Bertaqwa, Cerdas, Berbudi Luhur dan Berakhlaq Mulia”
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (pena).
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Bahwa untuk memperluas wawasan semesta, diperlukan kemauan untuk menambah ilmu pengetahuan, yang kini semakin maju. Terlebih lagi saat sekarang kemajuan teknologi begitu pesatnya dan membentuk pola hidup yang serba cepat. Namun kurangnya ilmu pengetahuan yang diperoleh akan mendorong seseorang dan masyarakat untuk berpacu dengan waktu, mencari sumber pengetahuan yang mumpuni. Salah satunya ialah dengan membaca buku. Namun, minat membaca masyarakat masih sangat kurang. Gemar membaca pada umumnya masih didominasi oleh orang-orang tertentu yang sangat terbatas, walaupun mereka menyadari bahwa kebutuhan membaca sangat penting dalam mencapai kesuksesan.
Dilain pihak kurang tersedianya waktu dan kesempatan maupun sarana yang dapat memungkinkan untuk membaca secara rutin maupun insidentil disekitar mereka. Juga harga buku yang cukup mahal hingga belum terjangkau oleh mereka. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka salah satu cara ialah dengan mendirikan Perpustakaan Desa, minimal disetiap kelurahan ada perpustakaannya dan perpustakaan keliling di desa bukan hanya di sekolah saja, hingga dapat menarik dan merangsang minat baca masyarakat agar lebih gemar membaca, bahkan menjadikan suatu kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupannya.
Ada sementara orang yang merasa bahwa buku merupakan bagian dari keseharian yang tidak terpisahkan. Lewat buku dapat mengintip berbagai tempat didunia lewat buku kita dapat membaca pemikiran orang besar, seolah-olah langsung berhadapan dengan tokoh tersebut, lewat buku kita bisa belajar tanpa merasa digurui, lewat buku pula juga mendapat inspirasi untuk berusaha dan bekerja. Bahkan bagi seorang penulis atau pengarang, membaca adalah menarik napas untuk mendapatkan udara ke paru-paru dan menulis adalah menghembuskan napas keluar dalam bentuk buah karya tulisan.Sungguh indah dan menawan. Memang buku dan membaca sudah selayaknya menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia, bukan?
Pandu Pustaka merupakan salah satu simbol miniatur esensial dan educative centre di lingkungan RW 5 Kelurahan Poncol, Kecamatan Pekalongan Timur, Jawa Tengah, yang berorientasi dasar pada proses pemupukan dan peningkatan kualitas wawasan sekaligus jiwa intelektual masyarakat Poncol khususnya dan warga Kota Pekalongan pada umumnya.
Perpustakaan ini telah beroperasi sejak tahun 2007 secara amatiran, dengan sistim menyewa dibawa pulang. Hasil persewaan di gunakan untuk penyampulan buku dan pembelian buku baru.
Awal rintisan Pandu Pustaka ini tidak lepas dari hobi membaca pendirinya, yaitu Bapak Pandu Sugiyanto. Sebagai seorang staf pengajar di SMA Muhammadiyah 01 Pekajangan di Pekalongan (1965-1997) beliau selalu menyisihkan rejekinya untuk membeli buku. Awalnya membeli buku hanya sekedar untuk bacaan di kala senggang dan tambahan ilmu untuk bekal mengajar. Satu persatu koleksi bukunya semakin bertambah, hingga akhirnya beliau berinisiatif untuk membuat semacam perpustakaan pribadi di rumah.
Bagi Pak Pandu, mengajar dan mendidik adalah sebuah amanah yang tak mengenal pensiun.
Perpustakaan ini telah beroperasi sejak tahun 2007 secara amatiran, dengan sistim menyewa dibawa pulang. Hasil persewaan di gunakan untuk penyampulan buku dan pembelian buku baru.
Awal rintisan Pandu Pustaka ini tidak lepas dari hobi membaca pendirinya, yaitu Bapak Pandu Sugiyanto. Sebagai seorang staf pengajar di SMA Muhammadiyah 01 Pekajangan di Pekalongan (1965-1997) beliau selalu menyisihkan rejekinya untuk membeli buku. Awalnya membeli buku hanya sekedar untuk bacaan di kala senggang dan tambahan ilmu untuk bekal mengajar. Satu persatu koleksi bukunya semakin bertambah, hingga akhirnya beliau berinisiatif untuk membuat semacam perpustakaan pribadi di rumah.
Bagi Pak Pandu, mengajar dan mendidik adalah sebuah amanah yang tak mengenal pensiun.
Mengajar dan mendidik adalah ibadah terindah yang senantiasa dilakukan sepanjang hayatnya. Hingga masa purna 'mengajar' beliau, buku selalu menjadi teman setia setiap saat. Teman yang tak pernah marah walau dicaci, teman yang tak pernah menangis di saat sedih dan teman yang selalu membangun suasana pendampingnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar